Friday, October 11, 2013

Bisnisku, Perjuanganku

Sejak duduk di bangku SD saya bercita - cita menjadi guru karena saya berfikir menjadi seorang pendidik itu mulia. Namun, cita - cita tersebut berubah haluan saat saya bersekolah di SMU. Saya ingin menjadi laboran. Cita - cita baru itulah yang membuat saya menjatuhkan pilihan di Fakultas MIPA dengan jurusan Kimia.
Setelah menamatkan S1 saya menikah. Sayang cita - cita saya juga tak bisa terrealisasi. Surat izin bekerja dari suami tak kunjung saya dapatkan. Bukan karena suami mengekang kemampuan diri saya tapi karena suami ingin anak - anak diurus sepenuhnya oleh saya agar ikatan keluarga kami kuat. Sebagai kepala keluarga sudah wajib hukumnya saya turuti kemauan suami.
Suami pun memberi pilihan lain agar saya tak merasa jenuh. Pilihan itu jatuh pada bisnis internet. Di sekitar rumah memang banyak dibuka warnet tapi banyak pelajar yang mengeluh karena warnet - warnet tersebut tak mendukung tugas sekolah mereka, misalnya ada warnet yang memiliki printer, ada pula warnet operatornya tak bisa membantu dalam penyusunan makalah, ada pula warnet memiliki printer tetapi harga print per lembarnya yang dirasa oleh kaum pelajar mahal mengingat tugas mereka yang berlembar - lembar. Dilihat sepintas, warnet - warnet tersebut selalu penuh, penuh dengan gamers karena pada dasarnya pemilik warnet membuka warnet untuk tempat para gamer bermain. Melihat fenomena tersebut, suami pun membuka warnet dengan saya sebagai operator dari pagi sampai sore dan malamnya suami yang menjadi operator. Tujuan kami untuk membantu kaum pelajar mengerjakan tugas sekolah.
Untuk tempat kami menggunakan ruang tamu di rumah dan untuk meminimalisir modal pembelian CPU dan perangkat komputer lainnya, suami membeli dengan bagian - bagian terpisah dan dirakit sendiri.
Selama 3 tahun menjadi operator warnet banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari bisnis ini:
1. Saat bisnis baru merangkak jangan mudah untuk mempekerjakan orang lain
Pelajaran ini saya ambil saat melihat tetangga terdekat yang baru merintis usaha counter pulsa dengan menyewa tempat langsung tanpa perhitungan yang rinci menyewa beberapa temapat sekaligus dan mempekerjakan banyak orang. Akhirnya, bisa ditebak. Bisnisnya hancur. Ketika posisi bisnis telah mantap terutama dari segi finansial dan kita merasa sudah tak mampu menghandle semuanya barulah kita fikirkan mencari pekerja. Tentu orang yang bisa dipercaya dan memiliki etos kerja yang baik.
2. Tidak menuruti hawa nafsu
Manusia selalu merasa kurang berapa pun uang yang ia miliki, kalau ia tak pandai bersyukur. Hawa nafsu seing menjadi faktor gagalnya suatu bisnis. Pelajaran ini juga saya dapatkan dari bisnis teman. Baru memulai bisnis counter pulsa, sudah memulai bisnis tanah, belum berjalan mulus bisnis tanah sudah mulai berbisnis mobil rental dan bisnis - bisnis lainnya. Menurut saya, alangkah lebih baik bila 1 jenis bisnis dahulu yang dimantapkan posisinya baru merambah bisnis yang lain.
3. Berani capek dan pantang mengeluh
Banyak hal yang bisa dikerjakan dengan internet selain menyediakan jasa internet, misalkan penjualan pulsa elektrik, pulsa PLN hingga tiket pesawat. Kesemua tugas itu saya lakoni dengan tetap memenuhi kebutuhan anak pertama yang masih balita dan anak kedua yang masih berusia 1 tahun. Bagi anak 1 tahun, diam itu tak enak. Maka dari itu ia akan banyak melakukan kegiatan eksplorasi kesana kemari, bermain ini dan itu. Banyak yang berpendapat momong itu melelahkan. Dan memang faktanya demikian. Momong, operator warnet, koki, tukang cuci, tukang bersih rumah dan tugas wajib lainnya itu membuat saya kelelahan, tulang punggung rasanya seperti habis dipukul orang dan tulang kaki rasanya mau patah. Tapi itulah salah satu modal dalam berbisnis, harus berani capek dan tidak mudah mengeluh.
4. Walau sedikit yang penting berkah
Dibandingkan counter pulsa yang lain, harga jual pulsa di warnet kami lebih rendah. Bukan karena untuk persaingan dan monopoli pasar tapi menurut hitungan ekonomi suami sedikit - sedikit lama - lama menjadi bukit. Menjual pulsa dengan laba sedikit tapi banyak pulsa yang terjual lebih banyak unttungnya dibandingkan labanya besar tapi pulsa yang terjual sedikit. Begitu pula dengan harga print per lembarnya. Murah meriah akan membantu pelajar mengerjakan tugasnya.
5. Bisnis perlu fokus dan disiplin
Kata orang wiraswasta itu enak. Enaknya kapan pun kita mau libur bisa, kan kantor kita sendiri. Bagi saya, pendapat itu tak bisa diterima 100%. Kita boleh istirahat dari bisnis saat kesehatan kita terganggu, ketika ada acara keluarga dan kepentingan lainnya yang mengharuskan kita ke luar rumah. Namun jika alasan istirahat dari bisnis karena ingin berleha - leha menikmati hidup supaya tidak ngoyo, saya rasa perlu difikirkan kembali. Mengapa? Jawabannya bagaimana bila pelanggan kita lari? Bukan berarti bisnis itu harus ngoyo tapi bisnis perlu fokus ( tidak menganggap sebelah mata dengan alasan sebagai kegiatan sampingan untuk menambah income keluarga) dan disiplin tingkat tinggi agar bisnis tetap tegak berdiri.
6. Bisnis bukan berarti mengesampingkan tugas utama sebagai istri dan ibu, seperti yang tertulis dalam buku super keren ini karya penulis Mbak Ari kurnia dan kawan - kawan. Buku yang mengupas perjuangan kaum ibu dalam berbisnis.













Sebagai bisniswati, kaum ibu tetap harus memasak, merapikan rumah, mencuci pakaian dan piring, mengepel lantai rumah, menyiapkan keperluan anak sekolah, mengantar - jemput anak, menemaninya belajar dan pekerjaan ibu lainnya yang masih banyak selain bisnisnya. Melihat segudang tugas ibu tersebut, wajar bukan bila surga di bawah telapak kaki ibu? Jadi, kaum bapak jangan melakukan demonstrasi menggugat keputusan itu ya?
7. Memprioritaskan kesehatan dan memilki me - time.
Dengan adanya bisnis warnet ini, saya tak bisa istirahat di siang hari. Tak bisa ikut tidur saat anak - anak tidur siang. Malam harinya pun tak dapat lekas ke peraduan karena harus menemani si sulung, Syafiqri belajar. Saat ia usai belajar dan tidur saya masih harus terjaga, melakoni hobi saya menulis ini dan itu. Kesemuanya menguras tenaga dan fikiran. Tenaga dan fikiran yang terus digenjot dapat mengganggu kesehatan. Karena sehat itu mahal jadi sebagai ibu rumah tangga dan bisniswati kita harus memprioritaskan kesehatan jika tidak ingin semua urusan terbengkalai.
Me - time sangat diperlukan untuk merileksasi fikiran. Tak perlu menghabiskan uang dan waktu yang banyak untuk me - time seperti shopping ke mall, pergi ke tempat spa, cukup dengan membaca, membuat kerajinan tangan dan lain - lain sesuai minat kita.
8.Tidak memandang pelaku bisnis serupa sebagai lawan.
Rezeki masing - masing orang sudah diatur oleh Allah Swt, tak mungkin tertukar. Tinggal bagaimana caranya kegigihan masing - masing orang menjemputnya. Pelaku bisnis yang serupa dengan bisnis kita jangan dianggap sebagai lawan yang harus ditumbangkan dengan cara apapun, termasuk cara - cara yang melanggar hukum. Lebih baik kita ciptakan pelayanan prima kepada pelanggan dan biarkan pelanggan yang memilih sendiri pilihannya, bisnis kita atau bisnis orang lain.
9. Meminta restu kepada orangtua, mertua, suami dan anak - anak.
10. Tetap ada waktu khusus buat suami dan anak - anak serta keluarga besar lainnya demi keharmonisan hubungan keluarga.
11. Menyedekahkan sebagian penghasilan dari bisnis kita kepada kaum dhuafa, anak yatim - piatu dan orang orang yang memerlukan uluran tangan kita. Bukankah tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah? Dan seperti pohon bambu, jika diambil beberapa bambunya tak membuat pohon bambu itu mati justru bertambah banyak.
12. Selalu bersyukur
Dengan bersyukur Allah Swt akan menambah rezeki kepada kita.
Suka duka dalam berbisnis warnet yang saya alami selama ini adalah:
1) Pertama kali memulai bisnis ini sering mendengar perkataan miring para tetangga sekitar yang "mengjudge" warnet sebagai tempat porno dan hanya untuk bermain sehingga mereka takut anak - anak mereka terkontaminasi virus warnet sehingga mereka melarang anak - anaknya ke warnet. Namun, seiring dengan banyaknya tugas sekolah yang mengharuskan ke warnet akhirnya mereka tetap ke warnet.
2) Sering didatangi orang dewasa atau anak - anak yang marah - marah katanya komputer di tempat kami rusak, tidak bisa dipakai, ternyata setelah saya cek mereka tidak menghidupkan terlebih dahulu CPU tapi langsung menghidupkan layar monitor berkali - kali, pantas saja power saving terus. Duh, saya hanya hanya bisa bersabar.
3) Sering kali pula orang yang membeli pulsa marah - marah memprotes pulsa yang dibeli di tempat kami belum masuk - masuk. Setelah saya ricek ternyata mereka sendiri juga yang salah menuliskan nomor handphone mereka di buku khusus membeli pulsa. Sabar...sabar ...
4) Seringkali pekerjaan rumah tangga saya terbengkalai. Saat baru menghidupkan kompor untuk memasak ada sudah yang teriak, " Mbak, ngeprint" atau "Mbak, beli pulsa". Baru mau menjemur pakaian ada yang teriak, " Mbak, bayar". Sehingga pekerjaan rutin saya sering saya lakukan tengah malam, seperti melipat pakaian, mencuci piring dan sebagainya. Repot dan lelah? Sudah pasti iya.
5) Yang membahagiakan saya sebagai operator warnet adalah saat anak - anak pelajar yang semula tidak mengetahui cara memindahkan data ke flasdisk, mengcopy data dari blog ke microsoft word akhirnya setelah saya memberitahukan cara - caranya mereka bisa. Berbagi ilmu itu memberi kebahagiaan tersendiri.


Mengutip kata - kata suami : "Orang mau meninggal saja repot apalagi orang mau hidup. Repot dan lelah dalam berbisnis itu memang harus ada sebagai tempaan agar kita menjadi bisniswati tangguh."

Wednesday, September 4, 2013

"Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama"


Itulah yang saya rasakan saat pertama kali melihat cover buku "Main Matematika Yuk" di FB Mbak Rani selaku penulis dan Komunitas IIDN - Ibu Ibu Doyan Nulis Interaktif.
Saya pun menghubungi Mbak Rani via inbox FB. Beginilah hasil chatting kami.
8 Juli 13:56
Ass..mba, congratulation ya buat buku main matematika yuk, kebetulan punya balita yang tahun ini sklh tk, ada ga ya mbak sudah di gramedia Balikpapan?selalunya buku baru tapi di komputer datanya kosong, berapa harganya mbak?
waalaikum salam.. makasih mbak siska harganya 30rb mbak.. saya nggak tahu sdh sampai sama distribusinya, karena penerbit yang urus.. Coba aja di cek ke gramedia atau gramedia online..
kalo mau beli dari saya juga bisa, tapi saya masih order ke penerbit, jadi tidak bisa segera, nunggu stok datang
8 Juli 15:18
kalau ongkir ke Manggar Baru, Balikpapan, Kaltim berapa mbak?
saya harus cek ke JNE dulu ya, mgk baru besok.. coba cek di websitenya nggak bisa2.. Besok saya ke JNE dulu ya Buku di saya mungkin baru ready stock minggu depan mbak
iya mba, terimakasih
9 Juli 12:41
sdh ada stoknya di mbak ya mbak?
berapa ongkirnya mba?

Sudh ada. Tp sy blm sempet ke jne sdh sy pisahin utk mbak siska kok, plg lmbt ntr sore sy kabarin ya
he..he..terima kasih mbak, tolong tuliskan sepatah dua patah kata dan ada tulisannya"to Fiqri dan Tsaqif" + ttd dan nama mba Rani ya?, ya mbak supaya anaknya lebih semangat lg he..he.., mba klo via post apa bisa?
Mau pk kantor pos? Bisa, tp br besok sy bs ke kantor pos, krn agak jauh dr rmh. Kl agen jne lbh deket dr komplek sy
oh ya sudah mbak kalau begitu pakai JNE saja, daripada mba kejauhan lagipula saya baru ingat kalau ini ramadhan biasanya pos nyampainya lebih lama dari hari biasa(pengalaman pk pos soale), trims ya mba, mohon maaf lahir batin ya mbak
Barusan aku mampir ke jne, ternyata ke balikpapan pake JNE Reg, ongkirnya 31 rb mbak.. Smntr hrg bukunya 30rb. Gimana?
9 Juli 15:19
he..he..lebih mahal ongkirnya daripada bukunya ya mba , kalau begitu saya tanya dulu ke suami ya mbak (nunggu dl suami plg kerja sore).klo mmg ada yg bl bukunya ga apa - apa jual aja dl mba, kshn mba nti klo ga jd. tp saya mmg niat bl bukunya mba, kepincut dr judulnya sdh, saya tour dl ke gramedia bppn. tp ya itu kdng buku baru ada datanya tp g ada brgnya.
oh ya mba td mlm yg di postingan gramedia online itu blm ongkir kn?
Blum
Coba aja ke gramediaonline
10 Juli 9:33

24 Juli 22:30
Ass..mba Rani alhamdulillah buku main matematika yuk sudah ada di tangan saya. lumayan sulit mendapatkannya di gramedia mba, hrs bolak balik kesana dan nelopn bolak - balik kira2 smp 3 hr, karena gramedia Balikpapan legi berebenah jd buku2 berserakan, di data ada stok buku mba 25 tp petugasnya lupa naruhnya dmn...bgs bukunya mba, sngt informatif, terimakasih mba Rani
Alhamdulillah.. Seneng dengernya.. Semoga bermanfaat ya mbak..
iya mba
ditunggu karya slnjutnya
InsyaAllah
Doain yaa 

Saat saya mengetahui ongkos kirim lebih mahal daripada harga bukunya, saya menempuh jalan kedua untuk mendapatkan buku tersebut. Bagaimanapun juga untuk sebagai ibu rumah tangga saya harus jeli mengatur pengeluaran. 

Langkah kedua saya adalah mendatangi gramedia Balikpapan. Dengan kesibukan di warung saya sulit untuk keluar rumah. Kami hanya bisa ke luar rumah saat suami libur kerja sabtu atau minggu. Sebelum berangkat saya berfikir jika memang buku tersebut belum ada di gramedia Balikpapan saya mengambil langkah pertama tadi yaitu online melalui Mbak Rani.Bagaimana pun caranya saya mesti mendapatkan buku itu untuk anak saya Fiqri.

Setibanya di gramedia, saya bingung. Kondisi di gramedia sedikit berantakan karena sedang renovasi ruangan. Saya kesulitan menemukan buku "Main Matematika Yuk" apalagi dengan menggendong si kecil Tsaqif yang banyak bergerak.

Saya pun mendatangi petugas Customer Service gramedia. Setelah saya sebutkan judul buku dan nama penulisnya, Mbak dan Mas petugas CS segera membuka data di komputer mereka. Saya menunggu sambil deg - degan.

Tak lama petugasnya berkata bahwa memang ada stok bukunya sebanyak 25 tapi karena masih tahap renovasi mereka lupa menaruh stok buku tersebut dimana. Mas petugas pun memeriksa di bagian meletakkan stok buku - buku namun tidak menemukan buku "Main Matematika Yuk".Mereka pun meminta nomor telepon saya untuk dihubungi saat stok buku yang saya cari telah mereka temukan. Mereka meminta saya menunggu 2 hari.


Setelah 2 hari berlalu, telepon dari gramedia tak kunjung berdering. Saya pun menelepon gramedia Balikpapan untuk menanyakan apakah sudah ditemukan stok bukunya. Alhamdulillah, petugas yang menerima telepon mengatakan bahwa bukunya sudah ada dan ketika saya datang nanti diminta langsung menemui kasir. Sepanjang perjalanan hati saya berbunga - bunga, hadiah buku yang sarat ilmu bisa saya berikan kepada Fiqri untuk dipraktekkan bersama - sama.

Setiba disana saya pun lantas mendatangi kasir, namun kasir kebingungan karena banyak sekali buku pesanan pelanggan yang terletak di raknya. Saya sempat lunglai takut bukunya belum diketemukan di gudangnya. Setelah pihak CS yang membantu mencarikan , barulah ada buku yang tertulis nama saya sebagai pemesan. Syukur Alhamdulillah, akhirnya...


Malam harinya saya baca bukunya. keesokan harinya saya ajak Fiqri, Tsaqif dan 2 orang anak tetangga untuk mempraktekkan salah satu isi buku yaitu playdough. Bahan - bahan untuk membuat playdough ini mudah didapatkan dan murah. Selalu tersedia di dapur sbagai bahan masak ibu sehari - hari, yaitu tepung terigu, minyak goreng, garam halus, air dan pewarna makanan.

















Kami mengerjakannya di teras depan warung, banyak tetangga yang mengira kami membuat kue kering betulan untuk lebaran, maklum mengerjakannya memang beberapa hari mendekati hari raya idul fitri 1434 H. Setelah jadi, mereka jemur. Saat teriknya panas matahari, Fiqri membolak - balik kue kering playdoughnya agar kering. Karena topinya tertinggal di rumah eyangnya, ia pakai handuk di kepalanya.

Esok harinya saya kirim hasil karnya ke koran Tribun Kaltim. Alhamdulillah hari minggunya dimuat. Itu pertama kalinya karya Fiqri masuk koran. Minggu - minggu berikutnya jadi termotivasi membuat handycraft dan dikirim ke Tribun Kaltim. Lagi - lagi Alhamdulillah dimuat, jadi sekarang hampir tiap minggu ada karya Fiqri muncul di koran.  Akhirnya saya kumpulkan semua karya Fiqri di koran lalu ditempelkan di karton dan dijadikan hiasan dinding di rumah Eyangnya.



Koran - korannya saya bawa ke sekolah TK  Fiqri dan mendapat sambutan hangat dari kepala sekolah dan guru - gurunya, mereka pun meminta saya untuk mengirimkan hasil karya murid - murid TKnya untuk mengangkat nama sekolah. Karena selama ini tak pernah hasil kerajinan tangan murid - murid TK tersebut dikirim ke koran. Anak didik privat saya juga menjadi termotivasi  membuat kerajinan tangan untuk dimasukkan ke koran. Begitu pula dengan ibu - ibu yang lain menjadi rajin membantu anaknya membuat prakarya. Karena playdough ajaran Mbak Rani jadi seru sekarang kegiatan ibu - ibu dan anak - anaknya.

Kembali ke soal buku "Main Matematika Yuk", dari halaman pertama hingga halaman terakhir saya suka isinya. Ilmu di dalamnya ada yang merupakan ilmu baru bagi saya dan ilmu dari hal - hal yang selama ini dianggap sepele.

Ilmu baru, apakah itu? Tangram. Saya baru mengetahui kosakata Tangram ketika membaca buku "Main Matematika Yuk". Saya pun penasaran apa sih Tangram itu. Tak hanya informasi dari buku tersebut, tentang tangram saya gali lagi info melalui google. Saya pun menjadi mengerti tentang Tangram.

Ilmu dari hal - hal sepele, apakah itu? lagu - lagu dan dongeng atau cerita anak.  Lagu berbahasa Inggris saya latih ke Fiqri selama ini agar ia tahu lagu anak berbahasa Inggris dan menjadi terbiasa dengan bahasa Inggris. Ternyata ada satu tujuan dari lagu tersebut yang luput dari pengetahuan saya, yaitu belajar matematika sekaligus selain bahasa Inggris. Seperti pada lagu" Baa Baa Black Sheep", " 1,2,3,4,5" dan "Ten Little Indians". Ketiga lagu tersebut sering saya nyanyikan ke Fiqri agar akrab dengan bahasa Inggris. Namun, dari buku "Main matematika Yuk" saya menjadi mengerti bahwa lagu - lagu tersebut juga bisa digunakan untuk mengajarkan balita matematika. Dan kabar gembiranya Mbak Rani menuliskan lirik lagu - lagu anak (Nursery Rhymes) yang menyelipkan konsep matematika, jadi orangtua yang tidak hafal lirik lagunya tidak perlu kerepotan lagi mencari lirik lagu.

Menerapkan ide - ide belajar matematika ke Fiqri melalui kegiatan rutin di rumah dan aktivitas di luar rumah ( contohnya saat saya mengajak Fiqri belanja ke supermarket, mall atau makan di restoran) seperti yang tertulis di buku " Main Matematika Yuk" ternyata sangat mudah dan membuat Fiqri senang. Apalagi Mbak Rani juga memberikan tips - tips bermain matematika bagi orangtua. Yang lebih membuat happy, Mbak Rani juga dengan senang hati  menuliskan situs - situs online untuk permainan dan belajar matematika. Sangat pas untuk Fiqri yang doyan nyemplung di komputer dan internet.

Membahas pendidikan TK tentu tak lepas dari origami. Selama ini saya mengira origami hanya sebatas seni. Ternyata di dalam origami juga terkandung konsep matematika.

Demikian pula dengan belajar matematika sambil bermain bersama anak, seru. Fiqri juga suka membuka buku ini dan melihat - lihat gambarnya. Setiap gambar yang ia lihat ia minta saya mempraktekkannya bersamanya, seperti menyusun stik es krim menjadi angka digital dan lain - lain.  

 Hal lain yang saya cermati adalah bagaimana Mbak Rani mengajak kita belajar berkata dengan baik terhadap anak tanpa menggurui dan membuat anak pusing. 
Saya sendiri sebenarnya suka membaca buku. Namun, dengan kesibukan mengurus batita, balita, warung, anak - anak privat dan pekerjaan rumah tangga waktu untuk membaca buku tak bisa panjang seperti saat saya masih lajang. Tapi, itu bukan halangan untuk saya membaca. 

Saat menidurkan si kecil Tsaqif sambil menyusuinya adalah waktu yang sering saya gunakan untuk membaca buku. Termasuk buku " Main Matematika Yuk" yang menjadi buku kedua terfavorit saya diantara buku - buku saya yang lain. Buku favorit pertama saya, saya beli saat saya masih lajang dan kuliah.


Buku "Main Matematika Yuk!" ini pun sering saya bawa ketika menunggu Fiqri pulang di sekolah. Saya baca bersama ibu - ibu wali murid yang lain. 

Ibu guru Fiqri yaitu Ibu Aulia dan Ibu Sumiati pun turut membaca buku "Main Matematika Yuk!" ini. Menurut beliau berdua, buku ini sangat tepat untuk diterapkan pada anak balita (terutama yang bersekolah PAUD dan TK) karena melalui permainan anak diajak belajar sambil bermain sehingga anak tidak"stress" duluan sebelum belajar.
Saya pun memperkenalkan buku ini lewat resensi di surat kabar Tribun Kaltim. Sejujurnya saya belum pernah menulis resensi buku. Saya berfikir buku ini layak direkomendasikan jadi buku "Main Matematika Yuk!" inilah yang saya tulis resensinya. Alhamdulillah, tulisan resensi buku yang saya tulis pertama kalinya dimuat di surat kabar Tribun Kaltim pada hari minggu tanggal 22 september 2013.

Buku ini juga menjadi saksi bahwa menjadi seorang ibu rumah tangga bisa berbuat lebih lewat tulisan. Tak perlu berkecil hati dengan kata - kata orang "percuma kuliah kalau cuma di rumah tidak bekerja".
Mari kita berdayakan diri hingga menjadi ibu rumah tangga luar biasa. Sebagai contohnya adalah Mbak Rani sebagai penulis buku ini. 

Kekurangan buku ini menurut saya, akan lebih menarik lagi bila gambar - gambar di dalam buku ini dibuat berwarna tidak hitam putih. Sehingga akan secerah cover buku ini sendiri.

Semoga kelahiran buku ini membawa berkah dan manfaat bagi penulisnya sendiri (Anggraini Adityasari) dan pembaca semuanya. Dan semoga akan lahir kembali buku edisi lanjutnya. Amin Ya Robbal Alamin.



 

 

Sunday, June 23, 2013

Dari SIM Untuk SIM

"Di, boleh ya Mimi buat SIM?" tanya saya pada suami.
"Untuk apa?" tanya suami.
"Sebentar lagi kan Fiqri masuk TK, kan Mimi yang harus antar jemput. Selain itu kalau Tk kan banyak sering karnaval di kota. Biar aman ya harus punya SIM" jelas saya.
" Tidak perlu, nanti naik angkot saja" ujar suami.
" Yah, Didi kan tahu sendiri Fiqri itu tidak mau naik angkot, dia akan pusing dan muntah - muntah", sanggah saya.
Itu percakapan saya dan suami kemarin. Sebenarnya percakapan seperti itu sudah sering terjadi di antara kami.

Suami memang tidak pernah setuju saya buat SIM. " Lebih nyaman naik angkot, kalau naik motor bagaimana kalau Tsaqif dan Fiqri tertidur?" begitu alasan suami saya.

Alasan saya membuat SIM karena saat ini sudah akhir bulan Juni itu artinya sebentar lagi yaitu awal bulan Juli Fiqri masuk sekolah TK. Bersekolah di TK akan sering mengikuti acara karnaval di kota yang jarak tempuhnya kurang lebih 1 jam dengan kendaraan pribadi dan apabila menggunakan kendaraan umum pasti akan memakan waktu yang lebih lama.

Dan waktu tempuh yang lumayan lama itulah yang dikhawatirkan suami saya. Tsaqif, anak kedua saya masih berusia 1 tahun dan jika tertidur dalam gendongan dikhawatirkan akan mengganggu keamanan dan kenyamanan saya mengendarai sepeda motor. Belum lagi kalau Fiqri yang saya bonceng di belakang akan tertidur juga dan hujan turun tiba - tiba.

Sebenarnya saya mengerti jika alasan suami melarang saya membuat SIM adalah untuk keselamatan kami tapi tetap saja saya masih bingung karena Fiqri pasti menangis tidak mau naik angkot karena pusing dan muntah.
" Mengapa Fiqri kalau naik angkot pusing dan muntah?" tanya saya pada Fiqri
"Karena angkot itu jalannya berhenti - berhenti, Mi" jawab Fiqri
Iya ya, angkot kan harus mencari penumpang jadi harus sering berhenti.

Berbicara mengenai SIM, adik ipar saya memiliki pengalaman tentang sulitnya membuat SIM. Saat itu ia masih berstatus mahasiswa Universitas Mulawarman di Samarinda. Sewaktu libur semester, ia pulang ke Balikpapan untuk membuat SIM. Setelah menjalani test drive ia dinyatakan tidak lulus oleh petugas kepolisian. Dan itu bukan hanya sekali. Ia ikut test drive sebanyak 4 kali dan 4 kali pula dinyatakan gagal. Untunglah saat test drive ke 5 ia dinyatakan lulus. Amboi, betapa senang hatinya saat itu.

Mengingat sulitnya ia mendapat SIM saya jadi berfikir kalau saya mau membuat SIM saat hamil besar dengan anggapan "apa iya polisi tega menyuruh test drive pada wanita yang sedang hamil besar?" he..he...

Sebenarnya saya sempat memiliki SIM saat masih kuliah dan habis masa berlakunya pada tahun 2011. SIM saya terbitan Samarinda sedangkan sekarang saya sekarang menetap di Blikpapan, kalau ingin memperpanjang saya harus melakukan pindah berkas terlebih dahulu. Tapi lagi - lagi suami tidak setuju saya memperpanjang SIM.

Ada satu kejadian waktu membuat SIM yang membuat saya masih tersenyum saat teringat. "Pekerjaan?" tanya pak polisi. "Mahasiswa pak" jawab saya. " Mahasiswi, kan kalau mahasiswa itu laki - laki, mbak kan perempuan" ujar pak polisi tersebut sambil tersenyum. Dalam hati saya menjawab "maklum pak efek kelaparan gara - gara antrinya panjang". Dan uang yang saya pergunakan untuk membuat SIM kala itu adalah uang yang saya dapat untuk dana KKN yang dipotong dari uang tiap semester kuliah.

Kata SIM memang sulit bergabung dengan saya, terbukti mendapatkan SIM ( Surat Izin Menikah ) dari orangtua pun sulit dengan alasan usia saya yang masih 23 tahun kala itu. Namun dengan keyakinan yang kuat akhirnya SIM dari orangtua saya dapatkan. Sekarang tinggal menunggu SIM ( Surat Izin Misua) untuk mendapatkan SIM yang sesungguhnya. Semoga berhasil.


http://kinzihana.blogspot.com/2013/06/kinzihanas-ga.htmlTulisan ini diikutkan dalam GA 5 tahun Merantau ( http://kinzihana.blogspot.com/2013/06/kinzihanas-ga.html)

Friday, June 7, 2013

Menyemai Cinta Yang Kelelahan Dengan Dua Lembar Kertas

Ada tidak ya yang saat kecil ketika ditanya "apa cita - citamu?" terus menjawab " cita - cita saya menjadi ibu rumah tangga"?
Yang sering saya dengar anak - anak akan menjawab ingin menjadi dokter, atau guru, atau arsitek atau polwan dan masih banyak lagi cita - cita yang disebutkan yang memang ada di pikiran anak - anak.

"Mbak, Lestari cita - citanya mau jadi ibu rumah tangga lho mbak" ujar Aulia, anak tetangga saya.
" Yang benar ?" tanya saya tak percaya
" Iya mbak, karena ia melihat ibu kami yang tak perlu repot kerja di luar rumah tapi banyak uangnya" jelas Aulia.

Saya termanggut - manggut mengerti karena Ibu mereka memang punya usaha toko kelontong di rumahnya jadi uangnya banyak. Ternyata ada juga ya anak - anak bercita - cita menjadi ibu rumah tangga sementara banyak ibu rumah tangga yang justru merasa malu saat di KTP tertulis pekerjaan : Ibu Rumah Tangga.

Sebenarnya menjadi ibu rumah tangga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Begitu banyak godaan dan halangan menerpa. Dibalik haknya, kewajiban ibu rumah tangga terasa sesak. Mulai dari urusan dapur, sumur, kasur, anak dan suami. ada yang beranggapan menjadi full mother lebih berat dibandingkan dengan ibu yang bekerja di kantor.

Jika kantor ada jam pulangnya maka menjadi full mother tidak ada jam pulangnya.
Siang hari saat si kecil nyenyak dalam buainnya, maka sang ibu rumah tangga harus cekatan di dapur dan sumur. Pada malam hari sang ibu rumah tangga tidak bisa selesai bermimpi indah karena tangisan si kecil yang haus atau mengompol.

Begitu pula yang saya rasakan. Setiap malam menjelang tidur dari kepala hingga kaki terasa pegal akibat keletihan sepanjang hari. Mengurus dua anak, yang satu balita dan yang satu batita, memasak, mencuci pakaian, mencuci piring, membersihkan rumah dan segunung pekerjaan lainnya, ditambah pula mengurus warung dan privat anak - anak tetangga. Sementara untuk mempekerjakan orang lain untuk warung tidak mungkin mengingat keterbatasan modal. Dan percayalah mengerjakan pekerjaan rumah dalam satu waktu sambil menjaga anak umur 1 tahun yang sedang berada dalam tahap aktif tingkat tinggi itu lebih melelahkan dibandingkan mengerjakannya saat anak - anak telah besar.

Karena semua rutinitas tersebut setiap hari itu saya tidak memiliki me - time. Satu hal pokok yang harus saya ingat adalah saya seorang penderita asma  (sesak napas) yang siap kambuh jika saya kelelahan dan underpressure. Sementara sebagai ibu rumah tangga yang mempunyai bayi dan balita tidak mungkin saya tidak lelah.

Aktivitas padat yang melelahkan membuat emosi saya labil. Disaat mengalami underpressure amarah akan membludak. Kepada siapa saya menumpahkannya? Benar. Kepada suami. Disaat seperti itu, rasa cinta dan kasih kepada suami menguap. Bagaimana dengan senyuman?Tentu saja tidak ada.

Dengan  pekerjaan suami di kantor yang juga banyak dan pressure dari atasan  maka setiap bertemu di rumah dan sama - sama merasa lelah yang terjadi keributan meski hanya hal kecil pemicunya.

Hingga pada suatu hari disat saya merapikan lemari khusus buku - buku kami, saya menemukan dua lembar kertas yang dulu pernah diberikan suami saya tahun 2006 saat kami belum menikah dan masih berstatus mahasiswa. Suami saya adalah kakak tingkat sewaktu kuliah. Dan kami tidak menyangka akan bersatu dalam pernikahan. Pada saat memberikan kertas itu kepada saya, ia berkata " ini hanya untuk bahan bacaan". Jadi bukan alasan untuk melakukan pendekatan.

Air mata mengalir satu dua tetes saat saya membacanya lagi. Tulisan itu adalah hasil print dari sebuah blog dengan nama pemilik Grifingga S. Putri pada 23 April 2006 hari minggu.

Begini tulisannya:
Ukhti, pagi ini aku membaca sebuah buku. Didalamnys terdapat 10 wasiat Rasullullah kepada putrinya Fathimah binti Rasulullah. 10 wasiat yang beliau sampaikan merupakan mutiara yang termahal nilainya, bila kemudian dimiliki oleh setiap istri sholehah. Wasiat tersebut adalah :
1. Ya Fathimah, kepada wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak - anaknya, allah pasti akan menetapkan kebaikan baginya dari setiap biji gandum, melebur kejelekan dan meningkatkan derajat wanita itu.
2. Ya Fathimah, kepada wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak - anaknya, niscaya Allah menjadikan dirinya dengan neraka tujuh tabir pemisah.
3. Ya Fathimah, tiadalah seorang yang meminyaki rambut anak - anaknya lalu menyisirnya dan mencuci pakaiannya, melainkan Allah akan menetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.
4. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang menahan kebutuhan tetangganya, melainkan Allah akan menahannya dari minum telaga kautsar pada hari kiamat nanti.
5. Ya Fathimah, yang lebih utama dari seluruh keutamaan di atas adalah keridhoan suami terhadap istri. Andaikan suamimu tidak ridho kepadamu, maka aku tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah wahai Fathimah, kemarahan suamimu adalah kemurkaan Allah.
 6. Ya Fathimah, apabila wanita mengandung, maka malaikat memohonkan ampunan baginya dan allah menetapkan baginya setiap seribu kebaikan serta melebur seribu kejelekan. Ketika wanita merasa sakit akan melahirkan, allah menetapkan pahala baginya sama dengan pahala para pejuang di jalan Allah. Jika dia melahirkan kandungannya, maka bersihlah dosa - dosanya seperti ketika dia dilahirkan dari kandungan ibunya. Bila meninggal ketika melahirkan, maka dia tidak akan membawa dosa sedikitpun. Di dalam kubur akan mendapat pertamanan indah yang merupakan bagian dari taman sorga. Dan Allah memberikan pahala kepadanya sama dengan pahala seribu orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.
7. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang melayani suami selama sehari semalam dengan rasa senang serta ikhlas, melainkan Allah mengampuni dosa - dosanya serta memaikan pakaian padanya di hari kiamat berupa pakaian yang serba hijau dan menetapkan baginya setiap rambut pada tubuhnya seribu kebaikan. Dan Allah memberikan kepadanya pahala seratus kali beribadah haji dan umrah.
8. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang tersenyum di hadapan suami, melainkan Allah memandangnya dengan pandangan penuh kasih
9. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang membentangkan alas tidur untuk suami dengan rasa senang hati, melainkan para malaikat yang memanggil dari langit menyeru wanita itu agar menyaksikan pahala amalnya dan allah mengampuni dosa - dosanya yang telah lalu dan yang akan datang
10. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang meminyaki kepala suami dan menyisirnya, meminyaki jenggot dan memotong kumisnya serta memotong kukunya, melainkan allah memberi minuman arak yang dikemas indah kepadanya yang didatangkan dari sungai - sungai surga. Allah mempermudah sakaratul maut baginya serta kuburnya menjadi bagian dari taman surga. Dan Allah menetapkan baginya bebas dari siksa neraka serta dapat melintasi shirathal - mustaqim dengan selamat.



Di bagian akhir Grifingga S.Putri menuliskan : ukhti yang kucintai karena Allah begitu indah menjadi istri, setiap perbuatannya merupakan pahala untukmu, lakukan dengan ikhlas karena InsyaAllah dunia akhirat ada di tanganmu.

Ya, kuncinya adalah ikhlas. Persis seperti yang sering dikatakan suami saya saat saya berkeluh kesah tentang kegiatan sehari - hari yang menguras tenaga dan pikiran, makan dan mandi selalu dalam keadaan tergesa - gesa dan mandi sore hanya bisa setelah habis magrib saat si kecil sudah tertidur pulas.

Kami pun membuat kesepakatan, saat sabtu dan minggu suami libur kerja maka salah satu hari dari kedua hari tersebut akan kami gunakan untuk kegiatan di luar rumah mengurangi kejenuhan dan kelelahan aktivitas di rumah, misalnya ke luar kota, ke mall, ke rumah keluarga dan lain - lainnya, bersama anak - anak tentunya. Dan suami  selalu memberikan kata - kata semangat di rumah maupun di kantor melalui sms. Dengan menyemai cinta hidup terasa hidup.

Dan dua lembar kertas itu tetap saya simpan dan saya baca saat keadaan lelah sebelum emosi tak tentu arah meluap demi keutuhan rumah tangga dan keharmonisan keluarga bersama anak - anak. Yang lebih mengharu biru dan harus saya syukuri bahwa Allah menghilangkan penyakit asma saya padahal setiap hari saya kelelahan. Sedangkan dulu sebelum menikah sedikit saja saya kelelahan saya harus dilarikan ke UGD karena asma kambuh. Meski sudah berbagai cara pengobatan, mulai dari medis hingga alternatif tetap asma saya tidak bisa sembuh justru semakin sering kambuh. Dan sekarang setelah peran menjadi istri dan ibu yang lelah justru saya sembuh. Alhamdulillahirobbil alamin, satu balasan sudah saya terima dari Allah di dunia ini.

Berangkat dari keluarga yang broken home, berbekal doa restu dari orangtua, mertua, keluarga dan dua lembar kertas dari Grifingga S. Putri tadi cinta saya terhadap suami dan keluarga akan saya semai dengan belajar ikhlas dan mengontrol emosi agar tercipta keluarga Sakinah, Mawaddah dan Warohmah.

Terimakasih untuk Grifingga S. Putri, meski tidak bertemu dan tidak pernah berkenalan namun tulisannya sangat bermanfaat. Dengan ini saya yang dulu malas "melek" terhadap blog dan internet namun sekarang bersemangat menulis di blog karena siapa tahu dapat memberi semangat untuk orang lain juga. Sesuai hadits nabi  ; sebaik - baik muslim adalah orang yang bermanfaat bagi yang lain.

Bukankah surga di bawah telapak kaki ibu? Dan perintah patuh kepada ibu 3 kali lebih utama dari seorang ayah? Jadi jangan menyesal menjadi wanita tapi bersyukurlah karena mungkin disitulah jalan kita mendapatkan taman firdausi.

Berakit - rakit ke hulu
Berenang - renang ke tepian
Bersakit - sakit dahulu
Bersenang - senang kemudian


Tulisan ini diikutsertakan untuk GA dalam rangka launching blog My Give Away Niken Kusumowardhani

Friday, May 31, 2013

Obat Generik Berlogo Itu Obatku

Saya sendiri adalah seorang penderita asma bronkial selama 18 tahun hingga saat ini. Oleh karena itu saya tidak bisa terlepas dari konsumsi obat dengan kata lain saya adalah  konsumen obat sejati. Sebagai konsumen saya pernah salah dalam memilih obat. Karena anggapan saya obat yang beredar bebas di warung lebih murah daripada obat yang dibeli di apotik atau Puskesmas, sedangkan untuk membeli obat paten saya merasa sangat menguras isi dompet karena konsumsi obat saya jangka panjang, maka saya memilih obat warung untuk mengobati asma saya sering kambuh. Alhasil, efek sampingnya begitu terasa. Dada saya berdegup kencang dan sulit tidur, lebih menambah kesulitan saya bernafas.
Sejak 15 tahun terakhir saya mengkonsumsi sebuah obat yang merupakan obat generik. Alhamdulillah tidak ada efek samping yang saya rasakan. Begitu pula saat saya harus disuntik menggunakan obat generik untuk melegakan pernafasan saya. 
Sebagai konsumen dan sebagai perempuan saya sangat selektif untuk anggaran obat. Dan ternyata, obat generik lebih murah dibandingkan obat paten. Untuk 1 keping obat asma generik isi 10 tablet saya mengelurkan uang hanya Rp. 2000, 00. Itu berarti 1 tablet untuk 1 kali minum saya hanya perlu mengeluarkan uang Rp. 200,00. Sedangkan untuk obat warung 1 keping untuk isi 4 tablet saya harus mengeluarkan uang Rp. 3000. 00. Apalagi untuk obat paten, saya harus lebih banyak lagi mengeluarkan uang. Jadi, obat generik sangat murah bukan? Walau pilihan tetap berada di tangan konsumen tapi kalau ada yang murah dengan komposisi dan kualitas yang sama, mengapa harus beli yang mahal?


Sunday, May 26, 2013

Jangan Takut Tenggelam Di Lautan IIDN

“Kok dari tadi nyuci piringnya belum selesai?”tanya suami saya
Entah mengapa, sudah dua hari ini semangat saya menguap. Lesu. Persis seperti mobil mainan anak saya Fiqri yang mulai kehabisan baterai, jalannya tersendat – sendat.
Saya pun menyampaikan ganjalan di hati ini kepada Mbak Rauhiyatul Jannah seorang kakak tingkat semasa kuliah melalui facebook.
“Mbak tahu apa yang saya rasakan?”. Mbak Jannah, begitu biasa saya memanggilnya selalu setia membantu tugas – tugas semasa kuliah. Mbak Jannah pula yang mengenalkan dan menjebloskan saya ke dunia IIDN.
“Apa?” “Kamu kangen ya sama aku?” kata mbak Jannah sembari bercanda.
” Saya takut dan bingung mbak” ujar saya.
Sudah beberapa tulisan yang saya posting ke zona IIDN tetapi itu pulalah yang membuat saya takut dan bingung. Pengetahuan saya tentang sastra dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah nol besar. Bagaimana kalau tulisan saya menuai kontra atau protes dari senior -senior dan anggota – anggota komunitas IIDN? Bagaimana kalau tulisan saya diperolok? Bagaimana kalau tulisan saya ditertawakan? Bagaimana kalau…Bagaimana kalau…
Pertanyaan bagaimana itulah yang membuat saya selama dua hari ini tidur tak nyenyak, makan tak enak, menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dengan waktu yang lama dan membuat badan saya berkeringat dingin. Ingin rasanya mundur dari komunitas ini bukan karena tidak mau tapi karena saya merasa tidak mampu.
Bagaimana saya tidak merasa rendah diri? Setiap membuka website IIDN akan muncul tulisan -tulisan ibu – ibu IIDN yang sangat berkelas. Sementara tulisan saya? Jauh panggang dari api.
Keinginan saya suatu hari nanti adalah saya bisa menyelam. Menikmati eksotisnya pemandangan bawah laut dengan terumbu karangnya yang melambai, beraneka ragam warna dan bentuk hewan – hewan laut. Tapi  mungkinkah itu terjadi? Mengingat saya tidak bisa berenang, takut tenggelam dan tanpa instruktur selam. Sama halnya dengan keikutsertaan saya dalam komunitas IIDN. Mungkinkah saya bisa menulis dengan benar? Maju atau mundurkah saya?
” Tanya kata hati, saat kata hati menjawab suka maka belajarlah tapi jika kata hati berkata tidak suka maka mundurlah” begitu kata suami saya.
“Kamu harus suka, berani dan nekat, Sis” kata Mbak Rauhiyatul Jannah “.
“Tapi Siska tidak bisa mbak, tidak seperti mbak yang lihai memilih kata” kilahku.
“Kamu bisa Sis, pasti bisa” kata – kata semangat dari Mbak Jannah.
” Selamat menulis dan teruslah menulis Mbak” kata – kata yang keluar dari Mbak Dwi Dira Rachmawati dan Mbak Ety Abdoel.
Mbak Rauhiyatul Jannah, Mbak Ety Abdoel dan Mbak Dwi Dira lah yang selama ini menjadi lahan ilmu saya. Dan tentu saja senior – senior lain di IIDN yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Ya, berbekal semangat dari suami, Mbak Jannah, Mbak Dwi dan Mbak Ety Abdoel saya berusaha lepas dari kurungan rasa rendah diri. Terlebih senior – senior di IIDN selalu membuka lebar menjawab pertanyaan – pertanyaan dari saya dan teman – teman pemula tanpa bernada menggurui dan  bersedia menjadi instruktur tulis – menulis. Benar pepatah yang mengatakan “berteman dengan penjual minyak harum kita akan ikut harum, berteman dengan peminum alkohol kita juga akan tercium bau alkohol”.
Keikutsertaan saya dalam komunitas IIDN ini tidak lepas dari peran Mba Indari Mastuti selaku founder IIDN. Sewaktu saya mengirimkan permintaan pertemanan melalui facebook ke IIDN Interaktif, Mbak Indari Mastuti sendiri yang langsung menerima permintaan pertemanan saya. Setelah itu satu - persatu akun ibu - ibu senior IIDN juga menerima pertemanan dari saya. Bertambah girang hati rasanya.

Rezki Resmiyati Soleh Addy adalah nama asli Mbak Indari Mastuti. Nama Indari Mastuti sendiri adalah nama pena beliau. Menggunakan nama Bunda Nanit jika menulis buku untuk anak - anak.
Mbak Indari dilahirkan di Bandung, 9 Juli 1980. Beliau salah seorang lulusan Universitas Pasundan yang sejak kecil hobi menulis. Sudah banyak buku yang telah berhasil diterbitkan. 
Sebelum memutuskan membangun bisnis dari rumah, Mbak Indari merupakan perempuan yang aktif dengan karier di bidang marketing dan promosi di beberapa perusahaan multinasional. Setelah menikah di tahun 2007, Mbak Indari melepaskan kariernya dan mulai merancang bisnis agensi naskah dengan nama Indscript CreativeIndscript Creative merupakan mediator antara penulis artikel baru penerbit atau penerbit ke penulis. Indiscript Creative terus mencari bakat dan naskah terbaik yang siap menjadi buku best seller di pasaran.
Jatuh bangun di bisnis agensi naskah yang  ini tidak pernah menyurutkan langkah Mbak Indari Mastuti untuk terus konsen dan komit membangun bisnis dari rumah yang walau rumahan, tetap dikelola secara profesional.
Kegiatan Mbak Indari Mastuti di bidang agensi naskah tidak hanya menjadi jalan untuk produktif berkarya dan menghasilkan uang, tetapi juga kini mampu mewujudkan mimpi ibu rumah  lainnya yang ingin menjadi PENULIS BUKU.
Mbak Indari Mastuti  menggagas dan mengelola lahirnya komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis beranggotakan lebih dari 4.400 ibu rumah tangga yang semuanya doyan nulis baik di dalam negeri maupun di luar negeri .Komunitas IIDN ini tempat berbagi inspirasi bisnis,  mendirikan komunitas Ibu-ibu Doyan Bisnis yang beranggotakan lebih dari 500 ibu yang berbisnis dari rumah dan tentunya angka tersebut sekarang bertambah banyak.
Mbak Indari Mastuti telah meraih banyak penghargaan dalam  seperti Perempuan Inspiratif Nova 2010, Juara Wirausaha Muda Mandiri 2011, Perempuan Indonesia Terinspiratif Majalah Kartini 2012, Kartini Award 2012, Juara Sekar Womenpreneur 2012 dan lain - lainnya. Profil Mbak Indari Mastuti juga diliput oleh berbagai media cetak seperti Nova, Kartini, Femina, Kompas, Jawa Pos Grup, Tribun, Sekar, Pikiran Rakyat, Bisnis Indonesia, hingga media elektronik seperti Metro TV, STV, DAAI TV, Raka FM, K-Lite FM dan media online di antaranya andaluarbiasa.com, sains.com, kompasiana.com, detiktv.com, dan masih banyak media yang menuliskan tentang dirinya.
Itulah sekilas biografi Mbak Indari Mastuti yang saya baca saat searching di internet. Dan InsyaAllah saat nyawa Mbak Indari Mastuti nanti telah bercerai dari raganya akan mengalir terus pahala beliau sebagaihasil ilmu yang beliau sebarkan dan akhirnya ilmu tersebut menyebar lagi kepada banyak orang.
Komunitas IIDN juga tidak bisa dilepaskan dengan nama Lygia Pecanduhujan yang bernama asli Lygia Nostalina, SH. Hasil searching saya di internet bahwa beliau adalah pendiri Event Organizer (EO) yang telah banyak melakukan event, terutama di bidang pelatihan, seminar, talkshow, corporate family gathering, aksi sosial, dan konser musik. Penulis buku dan puluhan artikel ini sangat serius dalam menggarap setiap event yang bekerjasama dengan banyak pihak. Peran beliau dalam Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN) sebagai Marketing Komunikasi (Markom). Sebagai seorang Socialpreneur, beliau juga telah banyak melakukan aksi sosial dalam rangka penyaluran dana CSR perusahaan yang dipercayakan melalui EO yang dikelolanya. Isi status facebook Mbak Lygia Pecanduhujan sarat pesan moral. Misalnya saat beliau menulis tentang zakat 2, 5 persen yang sukar dikeluarkan orang tapi orang akan sangat mudah mengeluarkan uang berapapun jumlahnya untuk menebus suatu hadiah undian atau perlombaan yang didapatkan. Ada pula status Mbak Lygia Pecanduhujan tentang perlakuan manusia kepada hewan lebih tepatnya monyet yang digunakan dalam pagelaran topeng monyet yang sering kita jumpai di sekitar tempat tinggal kita. Seyum dan kemandirian dalam menjalani hidup juga menginspirasi ibu - ibu yang lain untuk tetap selalu kuat dan tegar dalam kondisi kehidupan yang tak bisa dilepaskan dari masalah.


Menulis di zona IIDN bukan hanya bermanfaat bagi diri sendiri. Semakin kita melangkah lebih jauh maka semakin indah pemandangan yang akan kita dapatkan di lautan IIDN. Akan banyak pelajaran dan kisah inspiratif disana.
Setiap kita menulis bukanlah untuk mencari hadiah – hadiah tetapi untuk menambah pengalaman, mengasah kemampuan jari – jemari kita menulis dan sebagai sarana belajar untuk mengajari anak – anak kita sebagai generasi penerus bangsa. Menulis di zona IIDN juga akan memiliki manfaat lain selain menambah kawan yaitu dengan kegiatan membaca tulisan-tulisan orang yang membuat kita berpikir, membuat tulisan yang membuat orang berpikir dapat melatih dan menstimulasi sel-sel saraf otak yang dapat mencegah atau menurunkan resiko terjadinya pikun serta mempererat hubungan dengan suami.
Saat saya menulis untuk mengikuti kuis yang diadakan oleh Mbak Nunu, suami saya yang semula hanya suka membaca buku tapi tidak suka menulis mau menemani saya duduk manis di depan komputer mengetik. Tidak hanya sekadar menemani tetapi juga ikut berpartisipasi memilihkan kata – kata yang dianggap renyah dibaca. Dan kegiatan semacam ini tentu saja diperlukan untuk menjaga keutuhan rumah tangga. Tentu saja dengan tidak melupakan tugas -tugas rumah tangga. Jangan karena keasyikan menulis, suami pulang kantor tidak ada makanan tersedia di meja, kondisi rumah yang kotor dan seperti kapal pecah, pakaian kotor yang menumpuk atau anak – anak yang tidak terurus makan, mandi dan belajarnya, Semua harus berjalan secara seimbang agar terjadi keharmonisan hidup.
Cukup dua hari saya terpenjara oleh kegalauan. Cukup dua hari saya merasa pesimis. Dan hari ini  saatnya saya terjun bebas ke dalam lautan IIDN karena akan ada pengetahuan eksotis di dalamnya yang tak akan dapat dibeli dengan rupiah atau dolar apalagi dengan sen.
Alangkah indahnya jika suatu hari nanti di teras rumah tidak lagi berkumpul ibu – ibu yang asyik mendiskusikan masalah artis, sinetron dan  kabar miring tetanggayang lain tapi yang tampak di teras rumah berkumpul ibu – ibu dan anak – anaknya yang sedang menulis karena selama ini jika ibu – ibunya ngerumpi anak – anaknya akan berlari kesana kemari bahkan sang ibu terkadang tidak sadar anaknya lari ke jalanan atau berkelahi dengan teman – temannya.
Selamat menulis dan teruslah menulis untuk ibu – ibu pemula dan untuk ibu – ibu yang belum bergabung, mari tenggelam ke dalam lautan IIDN. Ayo kita rubah paradigma IIDN lama yaitu Ibu – Ibu Doyan Ngerumpi menjadi IIDN baru yaitu Ibu – Ibu Doyan Nulis. Dan Selamat ulangtahun yang ke 3 untuk IIDN semoga lebih berkibar dan dapat membawa perubahan positif untuk wanita sebagai tiang negara.
Usia 3 Tahun
kita baru bertemu saat ini
saat usiamu 3 tahun
walau masih belia engkau sudah teruji
membuat wanita percaya diri lewat tulisan