Friday, October 11, 2013

Bisnisku, Perjuanganku

Sejak duduk di bangku SD saya bercita - cita menjadi guru karena saya berfikir menjadi seorang pendidik itu mulia. Namun, cita - cita tersebut berubah haluan saat saya bersekolah di SMU. Saya ingin menjadi laboran. Cita - cita baru itulah yang membuat saya menjatuhkan pilihan di Fakultas MIPA dengan jurusan Kimia.
Setelah menamatkan S1 saya menikah. Sayang cita - cita saya juga tak bisa terrealisasi. Surat izin bekerja dari suami tak kunjung saya dapatkan. Bukan karena suami mengekang kemampuan diri saya tapi karena suami ingin anak - anak diurus sepenuhnya oleh saya agar ikatan keluarga kami kuat. Sebagai kepala keluarga sudah wajib hukumnya saya turuti kemauan suami.
Suami pun memberi pilihan lain agar saya tak merasa jenuh. Pilihan itu jatuh pada bisnis internet. Di sekitar rumah memang banyak dibuka warnet tapi banyak pelajar yang mengeluh karena warnet - warnet tersebut tak mendukung tugas sekolah mereka, misalnya ada warnet yang memiliki printer, ada pula warnet operatornya tak bisa membantu dalam penyusunan makalah, ada pula warnet memiliki printer tetapi harga print per lembarnya yang dirasa oleh kaum pelajar mahal mengingat tugas mereka yang berlembar - lembar. Dilihat sepintas, warnet - warnet tersebut selalu penuh, penuh dengan gamers karena pada dasarnya pemilik warnet membuka warnet untuk tempat para gamer bermain. Melihat fenomena tersebut, suami pun membuka warnet dengan saya sebagai operator dari pagi sampai sore dan malamnya suami yang menjadi operator. Tujuan kami untuk membantu kaum pelajar mengerjakan tugas sekolah.
Untuk tempat kami menggunakan ruang tamu di rumah dan untuk meminimalisir modal pembelian CPU dan perangkat komputer lainnya, suami membeli dengan bagian - bagian terpisah dan dirakit sendiri.
Selama 3 tahun menjadi operator warnet banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari bisnis ini:
1. Saat bisnis baru merangkak jangan mudah untuk mempekerjakan orang lain
Pelajaran ini saya ambil saat melihat tetangga terdekat yang baru merintis usaha counter pulsa dengan menyewa tempat langsung tanpa perhitungan yang rinci menyewa beberapa temapat sekaligus dan mempekerjakan banyak orang. Akhirnya, bisa ditebak. Bisnisnya hancur. Ketika posisi bisnis telah mantap terutama dari segi finansial dan kita merasa sudah tak mampu menghandle semuanya barulah kita fikirkan mencari pekerja. Tentu orang yang bisa dipercaya dan memiliki etos kerja yang baik.
2. Tidak menuruti hawa nafsu
Manusia selalu merasa kurang berapa pun uang yang ia miliki, kalau ia tak pandai bersyukur. Hawa nafsu seing menjadi faktor gagalnya suatu bisnis. Pelajaran ini juga saya dapatkan dari bisnis teman. Baru memulai bisnis counter pulsa, sudah memulai bisnis tanah, belum berjalan mulus bisnis tanah sudah mulai berbisnis mobil rental dan bisnis - bisnis lainnya. Menurut saya, alangkah lebih baik bila 1 jenis bisnis dahulu yang dimantapkan posisinya baru merambah bisnis yang lain.
3. Berani capek dan pantang mengeluh
Banyak hal yang bisa dikerjakan dengan internet selain menyediakan jasa internet, misalkan penjualan pulsa elektrik, pulsa PLN hingga tiket pesawat. Kesemua tugas itu saya lakoni dengan tetap memenuhi kebutuhan anak pertama yang masih balita dan anak kedua yang masih berusia 1 tahun. Bagi anak 1 tahun, diam itu tak enak. Maka dari itu ia akan banyak melakukan kegiatan eksplorasi kesana kemari, bermain ini dan itu. Banyak yang berpendapat momong itu melelahkan. Dan memang faktanya demikian. Momong, operator warnet, koki, tukang cuci, tukang bersih rumah dan tugas wajib lainnya itu membuat saya kelelahan, tulang punggung rasanya seperti habis dipukul orang dan tulang kaki rasanya mau patah. Tapi itulah salah satu modal dalam berbisnis, harus berani capek dan tidak mudah mengeluh.
4. Walau sedikit yang penting berkah
Dibandingkan counter pulsa yang lain, harga jual pulsa di warnet kami lebih rendah. Bukan karena untuk persaingan dan monopoli pasar tapi menurut hitungan ekonomi suami sedikit - sedikit lama - lama menjadi bukit. Menjual pulsa dengan laba sedikit tapi banyak pulsa yang terjual lebih banyak unttungnya dibandingkan labanya besar tapi pulsa yang terjual sedikit. Begitu pula dengan harga print per lembarnya. Murah meriah akan membantu pelajar mengerjakan tugasnya.
5. Bisnis perlu fokus dan disiplin
Kata orang wiraswasta itu enak. Enaknya kapan pun kita mau libur bisa, kan kantor kita sendiri. Bagi saya, pendapat itu tak bisa diterima 100%. Kita boleh istirahat dari bisnis saat kesehatan kita terganggu, ketika ada acara keluarga dan kepentingan lainnya yang mengharuskan kita ke luar rumah. Namun jika alasan istirahat dari bisnis karena ingin berleha - leha menikmati hidup supaya tidak ngoyo, saya rasa perlu difikirkan kembali. Mengapa? Jawabannya bagaimana bila pelanggan kita lari? Bukan berarti bisnis itu harus ngoyo tapi bisnis perlu fokus ( tidak menganggap sebelah mata dengan alasan sebagai kegiatan sampingan untuk menambah income keluarga) dan disiplin tingkat tinggi agar bisnis tetap tegak berdiri.
6. Bisnis bukan berarti mengesampingkan tugas utama sebagai istri dan ibu, seperti yang tertulis dalam buku super keren ini karya penulis Mbak Ari kurnia dan kawan - kawan. Buku yang mengupas perjuangan kaum ibu dalam berbisnis.













Sebagai bisniswati, kaum ibu tetap harus memasak, merapikan rumah, mencuci pakaian dan piring, mengepel lantai rumah, menyiapkan keperluan anak sekolah, mengantar - jemput anak, menemaninya belajar dan pekerjaan ibu lainnya yang masih banyak selain bisnisnya. Melihat segudang tugas ibu tersebut, wajar bukan bila surga di bawah telapak kaki ibu? Jadi, kaum bapak jangan melakukan demonstrasi menggugat keputusan itu ya?
7. Memprioritaskan kesehatan dan memilki me - time.
Dengan adanya bisnis warnet ini, saya tak bisa istirahat di siang hari. Tak bisa ikut tidur saat anak - anak tidur siang. Malam harinya pun tak dapat lekas ke peraduan karena harus menemani si sulung, Syafiqri belajar. Saat ia usai belajar dan tidur saya masih harus terjaga, melakoni hobi saya menulis ini dan itu. Kesemuanya menguras tenaga dan fikiran. Tenaga dan fikiran yang terus digenjot dapat mengganggu kesehatan. Karena sehat itu mahal jadi sebagai ibu rumah tangga dan bisniswati kita harus memprioritaskan kesehatan jika tidak ingin semua urusan terbengkalai.
Me - time sangat diperlukan untuk merileksasi fikiran. Tak perlu menghabiskan uang dan waktu yang banyak untuk me - time seperti shopping ke mall, pergi ke tempat spa, cukup dengan membaca, membuat kerajinan tangan dan lain - lain sesuai minat kita.
8.Tidak memandang pelaku bisnis serupa sebagai lawan.
Rezeki masing - masing orang sudah diatur oleh Allah Swt, tak mungkin tertukar. Tinggal bagaimana caranya kegigihan masing - masing orang menjemputnya. Pelaku bisnis yang serupa dengan bisnis kita jangan dianggap sebagai lawan yang harus ditumbangkan dengan cara apapun, termasuk cara - cara yang melanggar hukum. Lebih baik kita ciptakan pelayanan prima kepada pelanggan dan biarkan pelanggan yang memilih sendiri pilihannya, bisnis kita atau bisnis orang lain.
9. Meminta restu kepada orangtua, mertua, suami dan anak - anak.
10. Tetap ada waktu khusus buat suami dan anak - anak serta keluarga besar lainnya demi keharmonisan hubungan keluarga.
11. Menyedekahkan sebagian penghasilan dari bisnis kita kepada kaum dhuafa, anak yatim - piatu dan orang orang yang memerlukan uluran tangan kita. Bukankah tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah? Dan seperti pohon bambu, jika diambil beberapa bambunya tak membuat pohon bambu itu mati justru bertambah banyak.
12. Selalu bersyukur
Dengan bersyukur Allah Swt akan menambah rezeki kepada kita.
Suka duka dalam berbisnis warnet yang saya alami selama ini adalah:
1) Pertama kali memulai bisnis ini sering mendengar perkataan miring para tetangga sekitar yang "mengjudge" warnet sebagai tempat porno dan hanya untuk bermain sehingga mereka takut anak - anak mereka terkontaminasi virus warnet sehingga mereka melarang anak - anaknya ke warnet. Namun, seiring dengan banyaknya tugas sekolah yang mengharuskan ke warnet akhirnya mereka tetap ke warnet.
2) Sering didatangi orang dewasa atau anak - anak yang marah - marah katanya komputer di tempat kami rusak, tidak bisa dipakai, ternyata setelah saya cek mereka tidak menghidupkan terlebih dahulu CPU tapi langsung menghidupkan layar monitor berkali - kali, pantas saja power saving terus. Duh, saya hanya hanya bisa bersabar.
3) Sering kali pula orang yang membeli pulsa marah - marah memprotes pulsa yang dibeli di tempat kami belum masuk - masuk. Setelah saya ricek ternyata mereka sendiri juga yang salah menuliskan nomor handphone mereka di buku khusus membeli pulsa. Sabar...sabar ...
4) Seringkali pekerjaan rumah tangga saya terbengkalai. Saat baru menghidupkan kompor untuk memasak ada sudah yang teriak, " Mbak, ngeprint" atau "Mbak, beli pulsa". Baru mau menjemur pakaian ada yang teriak, " Mbak, bayar". Sehingga pekerjaan rutin saya sering saya lakukan tengah malam, seperti melipat pakaian, mencuci piring dan sebagainya. Repot dan lelah? Sudah pasti iya.
5) Yang membahagiakan saya sebagai operator warnet adalah saat anak - anak pelajar yang semula tidak mengetahui cara memindahkan data ke flasdisk, mengcopy data dari blog ke microsoft word akhirnya setelah saya memberitahukan cara - caranya mereka bisa. Berbagi ilmu itu memberi kebahagiaan tersendiri.


Mengutip kata - kata suami : "Orang mau meninggal saja repot apalagi orang mau hidup. Repot dan lelah dalam berbisnis itu memang harus ada sebagai tempaan agar kita menjadi bisniswati tangguh."