Friday, May 31, 2013

Obat Generik Berlogo Itu Obatku

Saya sendiri adalah seorang penderita asma bronkial selama 18 tahun hingga saat ini. Oleh karena itu saya tidak bisa terlepas dari konsumsi obat dengan kata lain saya adalah  konsumen obat sejati. Sebagai konsumen saya pernah salah dalam memilih obat. Karena anggapan saya obat yang beredar bebas di warung lebih murah daripada obat yang dibeli di apotik atau Puskesmas, sedangkan untuk membeli obat paten saya merasa sangat menguras isi dompet karena konsumsi obat saya jangka panjang, maka saya memilih obat warung untuk mengobati asma saya sering kambuh. Alhasil, efek sampingnya begitu terasa. Dada saya berdegup kencang dan sulit tidur, lebih menambah kesulitan saya bernafas.
Sejak 15 tahun terakhir saya mengkonsumsi sebuah obat yang merupakan obat generik. Alhamdulillah tidak ada efek samping yang saya rasakan. Begitu pula saat saya harus disuntik menggunakan obat generik untuk melegakan pernafasan saya. 
Sebagai konsumen dan sebagai perempuan saya sangat selektif untuk anggaran obat. Dan ternyata, obat generik lebih murah dibandingkan obat paten. Untuk 1 keping obat asma generik isi 10 tablet saya mengelurkan uang hanya Rp. 2000, 00. Itu berarti 1 tablet untuk 1 kali minum saya hanya perlu mengeluarkan uang Rp. 200,00. Sedangkan untuk obat warung 1 keping untuk isi 4 tablet saya harus mengeluarkan uang Rp. 3000. 00. Apalagi untuk obat paten, saya harus lebih banyak lagi mengeluarkan uang. Jadi, obat generik sangat murah bukan? Walau pilihan tetap berada di tangan konsumen tapi kalau ada yang murah dengan komposisi dan kualitas yang sama, mengapa harus beli yang mahal?


Sunday, May 26, 2013

Jangan Takut Tenggelam Di Lautan IIDN

“Kok dari tadi nyuci piringnya belum selesai?”tanya suami saya
Entah mengapa, sudah dua hari ini semangat saya menguap. Lesu. Persis seperti mobil mainan anak saya Fiqri yang mulai kehabisan baterai, jalannya tersendat – sendat.
Saya pun menyampaikan ganjalan di hati ini kepada Mbak Rauhiyatul Jannah seorang kakak tingkat semasa kuliah melalui facebook.
“Mbak tahu apa yang saya rasakan?”. Mbak Jannah, begitu biasa saya memanggilnya selalu setia membantu tugas – tugas semasa kuliah. Mbak Jannah pula yang mengenalkan dan menjebloskan saya ke dunia IIDN.
“Apa?” “Kamu kangen ya sama aku?” kata mbak Jannah sembari bercanda.
” Saya takut dan bingung mbak” ujar saya.
Sudah beberapa tulisan yang saya posting ke zona IIDN tetapi itu pulalah yang membuat saya takut dan bingung. Pengetahuan saya tentang sastra dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah nol besar. Bagaimana kalau tulisan saya menuai kontra atau protes dari senior -senior dan anggota – anggota komunitas IIDN? Bagaimana kalau tulisan saya diperolok? Bagaimana kalau tulisan saya ditertawakan? Bagaimana kalau…Bagaimana kalau…
Pertanyaan bagaimana itulah yang membuat saya selama dua hari ini tidur tak nyenyak, makan tak enak, menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dengan waktu yang lama dan membuat badan saya berkeringat dingin. Ingin rasanya mundur dari komunitas ini bukan karena tidak mau tapi karena saya merasa tidak mampu.
Bagaimana saya tidak merasa rendah diri? Setiap membuka website IIDN akan muncul tulisan -tulisan ibu – ibu IIDN yang sangat berkelas. Sementara tulisan saya? Jauh panggang dari api.
Keinginan saya suatu hari nanti adalah saya bisa menyelam. Menikmati eksotisnya pemandangan bawah laut dengan terumbu karangnya yang melambai, beraneka ragam warna dan bentuk hewan – hewan laut. Tapi  mungkinkah itu terjadi? Mengingat saya tidak bisa berenang, takut tenggelam dan tanpa instruktur selam. Sama halnya dengan keikutsertaan saya dalam komunitas IIDN. Mungkinkah saya bisa menulis dengan benar? Maju atau mundurkah saya?
” Tanya kata hati, saat kata hati menjawab suka maka belajarlah tapi jika kata hati berkata tidak suka maka mundurlah” begitu kata suami saya.
“Kamu harus suka, berani dan nekat, Sis” kata Mbak Rauhiyatul Jannah “.
“Tapi Siska tidak bisa mbak, tidak seperti mbak yang lihai memilih kata” kilahku.
“Kamu bisa Sis, pasti bisa” kata – kata semangat dari Mbak Jannah.
” Selamat menulis dan teruslah menulis Mbak” kata – kata yang keluar dari Mbak Dwi Dira Rachmawati dan Mbak Ety Abdoel.
Mbak Rauhiyatul Jannah, Mbak Ety Abdoel dan Mbak Dwi Dira lah yang selama ini menjadi lahan ilmu saya. Dan tentu saja senior – senior lain di IIDN yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Ya, berbekal semangat dari suami, Mbak Jannah, Mbak Dwi dan Mbak Ety Abdoel saya berusaha lepas dari kurungan rasa rendah diri. Terlebih senior – senior di IIDN selalu membuka lebar menjawab pertanyaan – pertanyaan dari saya dan teman – teman pemula tanpa bernada menggurui dan  bersedia menjadi instruktur tulis – menulis. Benar pepatah yang mengatakan “berteman dengan penjual minyak harum kita akan ikut harum, berteman dengan peminum alkohol kita juga akan tercium bau alkohol”.
Keikutsertaan saya dalam komunitas IIDN ini tidak lepas dari peran Mba Indari Mastuti selaku founder IIDN. Sewaktu saya mengirimkan permintaan pertemanan melalui facebook ke IIDN Interaktif, Mbak Indari Mastuti sendiri yang langsung menerima permintaan pertemanan saya. Setelah itu satu - persatu akun ibu - ibu senior IIDN juga menerima pertemanan dari saya. Bertambah girang hati rasanya.

Rezki Resmiyati Soleh Addy adalah nama asli Mbak Indari Mastuti. Nama Indari Mastuti sendiri adalah nama pena beliau. Menggunakan nama Bunda Nanit jika menulis buku untuk anak - anak.
Mbak Indari dilahirkan di Bandung, 9 Juli 1980. Beliau salah seorang lulusan Universitas Pasundan yang sejak kecil hobi menulis. Sudah banyak buku yang telah berhasil diterbitkan. 
Sebelum memutuskan membangun bisnis dari rumah, Mbak Indari merupakan perempuan yang aktif dengan karier di bidang marketing dan promosi di beberapa perusahaan multinasional. Setelah menikah di tahun 2007, Mbak Indari melepaskan kariernya dan mulai merancang bisnis agensi naskah dengan nama Indscript CreativeIndscript Creative merupakan mediator antara penulis artikel baru penerbit atau penerbit ke penulis. Indiscript Creative terus mencari bakat dan naskah terbaik yang siap menjadi buku best seller di pasaran.
Jatuh bangun di bisnis agensi naskah yang  ini tidak pernah menyurutkan langkah Mbak Indari Mastuti untuk terus konsen dan komit membangun bisnis dari rumah yang walau rumahan, tetap dikelola secara profesional.
Kegiatan Mbak Indari Mastuti di bidang agensi naskah tidak hanya menjadi jalan untuk produktif berkarya dan menghasilkan uang, tetapi juga kini mampu mewujudkan mimpi ibu rumah  lainnya yang ingin menjadi PENULIS BUKU.
Mbak Indari Mastuti  menggagas dan mengelola lahirnya komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis beranggotakan lebih dari 4.400 ibu rumah tangga yang semuanya doyan nulis baik di dalam negeri maupun di luar negeri .Komunitas IIDN ini tempat berbagi inspirasi bisnis,  mendirikan komunitas Ibu-ibu Doyan Bisnis yang beranggotakan lebih dari 500 ibu yang berbisnis dari rumah dan tentunya angka tersebut sekarang bertambah banyak.
Mbak Indari Mastuti telah meraih banyak penghargaan dalam  seperti Perempuan Inspiratif Nova 2010, Juara Wirausaha Muda Mandiri 2011, Perempuan Indonesia Terinspiratif Majalah Kartini 2012, Kartini Award 2012, Juara Sekar Womenpreneur 2012 dan lain - lainnya. Profil Mbak Indari Mastuti juga diliput oleh berbagai media cetak seperti Nova, Kartini, Femina, Kompas, Jawa Pos Grup, Tribun, Sekar, Pikiran Rakyat, Bisnis Indonesia, hingga media elektronik seperti Metro TV, STV, DAAI TV, Raka FM, K-Lite FM dan media online di antaranya andaluarbiasa.com, sains.com, kompasiana.com, detiktv.com, dan masih banyak media yang menuliskan tentang dirinya.
Itulah sekilas biografi Mbak Indari Mastuti yang saya baca saat searching di internet. Dan InsyaAllah saat nyawa Mbak Indari Mastuti nanti telah bercerai dari raganya akan mengalir terus pahala beliau sebagaihasil ilmu yang beliau sebarkan dan akhirnya ilmu tersebut menyebar lagi kepada banyak orang.
Komunitas IIDN juga tidak bisa dilepaskan dengan nama Lygia Pecanduhujan yang bernama asli Lygia Nostalina, SH. Hasil searching saya di internet bahwa beliau adalah pendiri Event Organizer (EO) yang telah banyak melakukan event, terutama di bidang pelatihan, seminar, talkshow, corporate family gathering, aksi sosial, dan konser musik. Penulis buku dan puluhan artikel ini sangat serius dalam menggarap setiap event yang bekerjasama dengan banyak pihak. Peran beliau dalam Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN) sebagai Marketing Komunikasi (Markom). Sebagai seorang Socialpreneur, beliau juga telah banyak melakukan aksi sosial dalam rangka penyaluran dana CSR perusahaan yang dipercayakan melalui EO yang dikelolanya. Isi status facebook Mbak Lygia Pecanduhujan sarat pesan moral. Misalnya saat beliau menulis tentang zakat 2, 5 persen yang sukar dikeluarkan orang tapi orang akan sangat mudah mengeluarkan uang berapapun jumlahnya untuk menebus suatu hadiah undian atau perlombaan yang didapatkan. Ada pula status Mbak Lygia Pecanduhujan tentang perlakuan manusia kepada hewan lebih tepatnya monyet yang digunakan dalam pagelaran topeng monyet yang sering kita jumpai di sekitar tempat tinggal kita. Seyum dan kemandirian dalam menjalani hidup juga menginspirasi ibu - ibu yang lain untuk tetap selalu kuat dan tegar dalam kondisi kehidupan yang tak bisa dilepaskan dari masalah.


Menulis di zona IIDN bukan hanya bermanfaat bagi diri sendiri. Semakin kita melangkah lebih jauh maka semakin indah pemandangan yang akan kita dapatkan di lautan IIDN. Akan banyak pelajaran dan kisah inspiratif disana.
Setiap kita menulis bukanlah untuk mencari hadiah – hadiah tetapi untuk menambah pengalaman, mengasah kemampuan jari – jemari kita menulis dan sebagai sarana belajar untuk mengajari anak – anak kita sebagai generasi penerus bangsa. Menulis di zona IIDN juga akan memiliki manfaat lain selain menambah kawan yaitu dengan kegiatan membaca tulisan-tulisan orang yang membuat kita berpikir, membuat tulisan yang membuat orang berpikir dapat melatih dan menstimulasi sel-sel saraf otak yang dapat mencegah atau menurunkan resiko terjadinya pikun serta mempererat hubungan dengan suami.
Saat saya menulis untuk mengikuti kuis yang diadakan oleh Mbak Nunu, suami saya yang semula hanya suka membaca buku tapi tidak suka menulis mau menemani saya duduk manis di depan komputer mengetik. Tidak hanya sekadar menemani tetapi juga ikut berpartisipasi memilihkan kata – kata yang dianggap renyah dibaca. Dan kegiatan semacam ini tentu saja diperlukan untuk menjaga keutuhan rumah tangga. Tentu saja dengan tidak melupakan tugas -tugas rumah tangga. Jangan karena keasyikan menulis, suami pulang kantor tidak ada makanan tersedia di meja, kondisi rumah yang kotor dan seperti kapal pecah, pakaian kotor yang menumpuk atau anak – anak yang tidak terurus makan, mandi dan belajarnya, Semua harus berjalan secara seimbang agar terjadi keharmonisan hidup.
Cukup dua hari saya terpenjara oleh kegalauan. Cukup dua hari saya merasa pesimis. Dan hari ini  saatnya saya terjun bebas ke dalam lautan IIDN karena akan ada pengetahuan eksotis di dalamnya yang tak akan dapat dibeli dengan rupiah atau dolar apalagi dengan sen.
Alangkah indahnya jika suatu hari nanti di teras rumah tidak lagi berkumpul ibu – ibu yang asyik mendiskusikan masalah artis, sinetron dan  kabar miring tetanggayang lain tapi yang tampak di teras rumah berkumpul ibu – ibu dan anak – anaknya yang sedang menulis karena selama ini jika ibu – ibunya ngerumpi anak – anaknya akan berlari kesana kemari bahkan sang ibu terkadang tidak sadar anaknya lari ke jalanan atau berkelahi dengan teman – temannya.
Selamat menulis dan teruslah menulis untuk ibu – ibu pemula dan untuk ibu – ibu yang belum bergabung, mari tenggelam ke dalam lautan IIDN. Ayo kita rubah paradigma IIDN lama yaitu Ibu – Ibu Doyan Ngerumpi menjadi IIDN baru yaitu Ibu – Ibu Doyan Nulis. Dan Selamat ulangtahun yang ke 3 untuk IIDN semoga lebih berkibar dan dapat membawa perubahan positif untuk wanita sebagai tiang negara.
Usia 3 Tahun
kita baru bertemu saat ini
saat usiamu 3 tahun
walau masih belia engkau sudah teruji
membuat wanita percaya diri lewat tulisan